berita berjudul: “Mimpi Lady Gaga: Selalu Dihantui Roh Jahat”.
Kata Lady Gaga, “Aku berulang kali bermimpi ada hantu di rumahku dan
dia membawaku ke sebuah ruangan.” Sebelumnya, pada 2 Februari 2012,
situs yang sama juga menulis berita berjudul “Lady Gaga Berburu Sperma Pria Berdarah Italia.”
Beberapa hari ini, media massa –baik cetak maupun elektronik — ramai
memberitakan dan mendiskusikan masalah pro-kontra pembatalan konser
penyanyi Amerika Lady Gaga di Indonesia. Berbagai alasan dikemukakan.
Pihak yang mendukung konser Lady Gaga beralasan bahwa konser musik
adalah bagian dari kebebasan berekspresi. Ada yang beralasan, bahwa
tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kehadiran Lady Gaga. Sebab,
itu hanya konser musik biasa. Bahkan ada tokoh yang berbicara di sebuah
TV, ada sejuta Lady Gaga pun tidak ada masalah. Yang penting imannya
kuat.
Bagaimana menyikapi konser Lady Gaga ini? Lepas dari soal pro-kontra
konser Lady Gaga, marilah kita dudukkan masalahnya dengan jernih. Tentu
saja, sebagai Muslim, kita mencoba melihat masalah Lady Gaga dari sudut
pandang Islam, bukan sudut pandang liberalisme, sekularisme, atau
ateisme.
Lady Gaga adalah penyanyi terkenal. Albumnya sudah laku jutaan kopi.
Tapi, perilakunya sangat buruk. Ia pengumbar pornografi, pornoaksi,
pendukung seks bebas, dan juga homoseks dan lesbianisme. Pada 12 Maret
2010, situs www.tabloidbintang.com meluncurkan kabar, bahwa Lady Gaga
menyatakan kesiapannya menjadi seorang lesbian. “Tidak ada batasan atau
peraturan dalam hal cinta,” ujar Gaga.
Sebagai Muslim, harusnya semua sepakat, bahwa apa yang dilakukan dan
dipromosikan oleh Lady Gaga adalah kebatilan dan kemunkaran. Adalah
sangat tepat, bahwa pemerintah – dalam hal ini pihak kepolisian RI –
menghentikan kemunkaran berupa konser Lady Gaga. Itu memang tugas
penguasa. Bukankah Nabi Muhammad SAW sudah memerintahkan, bahwa siapa
saja yang melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya (kekuasannya);
jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya; dan jika pun dengan lisan
tidak mampu juga, maka cukup dengan doa, yakni tidak ridha atas
kemunkaran itu. Itulah, kata Nabi SAW, selemah-lemah iman. Jika sekedar
tidak ridha, atau benci terhadap kemunkaran, sudah dikatakan sebagai
“selemah-lemah iman”, bagaimana jika seseorang menjadi pendukung
kemunkaran?
Rabu (16/5/2012) malam, sebuah TV swasta menyiarkan sebuah acara
perdebatan panjang seputar pembatalan konser Lady Gaga. Sepanjang acara
berlangsung, sejumlah SMS dan twiter berseliweran. Sebagian
diantaranya berisi penyesalan, betapa acara itu menjadi panggung aduan
bagi sesame Muslim. Yang lebih mengerikan, ada tokoh-tokoh yang
berbicara dengan nada tidak berkeberatan dengan kehadiran dan konser
Lady Gaga. Bahkan, beberapa peserta diskusi masih menggugat kasus
pembatalan diskusi tokoh Lesbi, Irshad Manji, di sejumlah tempat di
Indonesia, beberapa waktu lalu.
Ada logika aneh yang dimunculkan dalam kasus Lady Gaga dan Irshad
Manji. Yakni, biarkan mereka bicara; jika tidak setuju ya diajak diskusi
saja! Padahal, Irshad Manji bukan hanya promosi lesbi dalam buku-buku
dan situs pribadinya. Tetapi, dia juga sangat menghina Nabi Muhammad
SAW. Bahkan, lebih dari itu, dalam situs pribadinya,
www.irshadmanji.com, tampak jelas, bagaimana dukungan si Manji terhadap
penjahat penghina Nabi Muhammad SAW, Salman Rushdie.
Sekedar mengingat kembali, nama Salman Rushdie mencuat ketika pada 26
November 1988, Viking Penguin menerbitkan novelnya berjudul The Satanic Verses (Ayat-ayat Setan). Novel
ini segera memicu kemarahan umat Islam yang luar biasa di seluruh
dunia. Novel ini memang sungguh amat sangat biadab. Rushdie menulis
tentang Nabi Muhammad saw, Nabi Ibrahim, istri-istri Nabi (ummahatul mukminin) dan juga para sahabat Nabi dengan menggunakan kata-kata kotor yang sangat menjijikkan.
Dalam novel setebal 547 halaman ini, Nabi Muhammad saw, misalnya, ditulis oleh Rushdie sebagai ”Mahound, most pragmatic of Prophets.” Digambarkan sebuah lokasi pelacuran bernama The Curtain, Hijab, yang
dihuni pelacur-pelacur yang tidak lain adalah istri-istri Nabi Muhammad
saw. Istri Nabi yang mulia, Aisyah r.a., misalnya, ditulis oleh
Rushdie sebagai ”pelacur berusia 15 tahun.” (The fifteen-year-old whore ’Ayesha’ was the most popular with the paying public, just as her namesake was with Mahound). (hal. 381).
Banyak penulis Muslim menyatakan, tidak sanggup mengutip kata-kata
kotor dan biadab yang digunakan Rushdie dalam melecehkan dan menghina
Nabi Muhammad saw dan istri-istri beliau yang tidak lain adalah ummahatul mukminin.
Maka, reaksi pun tidak terhindarkan. Fatwa Khomaini pada 14 Februari
1989 menyatakan: Salman Rushdie telah melecehkan Islam, Nabi Muhammad
dan al-Quran. Semua pihak yang terlibat dalam publikasinya yang sadar
akan isi novel tersebut, harus dihukum mati.
Pada 26 Februari 1989, Rabithah Alam Islami dalam sidangnya di
Mekkah, yang dipimpin oleh ulama terkemuka Arab Saudi, Abd Aziz bin Baz,
mengeluarkan pernyataan, bahwa Rushdie adalah orang murtad dan harus
diadili secara in absentia di satu negara Islam dengan hukum
Islam. Pertemuan Menlu Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 13-16
Maret 1989 di Riyadh juga menyebut novel Rushdie sebagai bentuk
penyimpangan terhadap Kebebasan Berekspresi.
Prof. Alaeddin Kharufa, pakar syariah dari Muhammad Ibn Saud University, menulis sebuah buku khusus berjudul Hukm Islam fi Jaraim Salman Rushdie.
Ia mengupas panjang lebar pandangan berbagai mazhab terhadap pelaku
tindak pelecehan terhadap Nabi Muhammad saw. Menurut Kharufa, jika
Rushdie menolak bertobat, maka setiap Muslim wajib menangkapnya selama
dia masih hidup.
Ada yang beralasan, bahwa biarlah Irshad Manji dan Lady Gaga berbagi
pemikiran dan kesenangan melalui hiburan! Katanya, soal pribadi jangan
dikaitkan dengan pemikiran atau karya seninya! Apa pun pribadinya, tak
perlu dikaitkan dengan karyanya. Sikap Irshad Manji yang memuji-muji
dan bersahabat dengan Salman Rushdie, tentu bukanlah sikap yang
bijaksana. Dia tidak menghargai dan tidak berempati terhadap perasaan
kaum Muslim yang tersakiti dengan karya-karya Rushdie.
Logika kebebasan berpendapat dan berekspresi tanpa batas terbukti
tidak tepat dan tidak diterima di mana saja. Di Indonesia, misalnya,
sudah lama dilarang penyebaran paham komunisme. Bagaimana dengan
penyebaran paham lesbianisme yang juga sangat besar tingkat
kejahatannya? Jadi, manusia yang sehat pikirannya, pasti akan menolak
konsep kebebasan yang tanpa batas.
Logika Setan
Setiap
aspek dan gerak kehidupan manusia tak lepas dari tantangan. Utamanya,
tantangan yang ditimbulkan oleh musuh abadi umat manusia, yaitu
SETAN. Banyak yang menarik jika kita menelaah penjelasan al-Quran
tentang bagaimana logika dan kiat-kiat setan dalam menyesatkan manusia.
sebagai Muslim, kita sudah dijelaskan dalam banyak ayat al-Quran bahwa
setan adalah musuh manusia yang nyata. Setan tak pernah berhenti
berusaha untuk menyesatkan manusia. “Dan janganlah kamu sekali-kali
dipalingkan oleh setan; sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.” (QS az-Zukhruf:62).
Salah satu metode setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan cara
memoles perbuatan maksiat dan jahat sehingga tampak indah dalam
pandangan manusia. “Iblis berkata: Ya Rabbi, karena Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat, maka pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan
menyesatkan mereka semuanya.” (QS al-Hijr:39).
Iblis sangat berpengalaman dalam soal sesat menyesatkan manusia. Di
sorga, Iblis berhasil membujuk Adam agar melanggar larangan Allah.
Caranya, dikatakan oleh Iblis, bahwa pohon yang dilarang untuk dimakan,
justru merupakan pohon yang menjadikan Adam akan menjadi kekal di sorga.
Karena itulah Iblis menyebut pohon larangan itu dengan nama “syajaratul khuldi”(pohon keabadian). Dalam al-Quran digambarkan bagaimana Iblis membujuk Adam: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa.” (QS Thaha:120).
Salah satu kiat setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan
memandang baik perbuatan-perbuatan yang telah diharamkan oleh Islam. “Demi
Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada
umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang
baik perbuatan mereka (yang buruk); maka setan menjadi pemimpin mereka
di hari itu dan untuk mereka azab yang pedih. (QS an-Nahl:63)…”Setan pun
menjadikan indah dalam pandangan mereka, apa yang mereka kerjakan.” (QS
al-An’am:43).
Cobalah kita renungkan penjelasan al-Quran tentang pandangan kaum
musyrik yang memandang baik tindakan mereka dalam membunuh anak-anak
mereka sendiri (QS al-An’aam:137). Membunuh anak-anak adalah suatu
bentuk kejahatan, tetapi dengan logika setan, tindakan buruk itu bisa
dipoles sehingga dianggap baik manusia.
Karena itulah , logika dan kerja setan memang bertentangan dengan
logika dan tindakan orang mukmin. Jika sifat orang mukmin selalu
melaksanakan amar makruf nahi munkar, maka setan justru sebaliknya.
Kerja mereka yang utama adalah memerintahkan kepada yang munkar dan
membenci kebaikan (al-ma’ruf). Disebutkan dalam al-Quran: “Barangsiapa
yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu
menyuruh mengerjakan perbuata keji dan munkar.” (QS an-Nuur: 21).
Al-Quran (al-An’am:112) mengingatkan, bahwa sesungguhnya musuh para
nabi adalah setan dari jenis manusia dan setan dari jenis jin, yang
pekerjaan mereka adalah menyebarkan “kata-kata indah” (zukhrufal qawli) dengan
tujuan untuk menipu manusia. Malik Bin Dinar, seorang ulama terkenal
(m. 130 H/748 M) pernah berkata: “Sesungguhnya setan dari golongan
manusia lebih berat bagiku daripada setan dari golongan jin. Sebab,
setan dari golongan jin, jika aku telah membaca ta’awudz, maka dia
langsung menyingkir dariku, sedangkan setan dari golongan manusia dapat
mendatangiku untuk menyeretku melakukan berbagai kemaksiatan secara
terang-terangan.” (dikutip dari Imam al-Qurthubi, 7/68 oleh Dr. Abdul
Aziz bin Shalih al-Ubaid, Menangkal Teror Setan (Jakarta: Griya Ilmu, 2004), hal. 88).
Setan – baik dari golongan manusia maupun dari golongan jin – memiliki ambisi utama untuk menyesatkan manusia, seluruhnya.“Dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu.” (QS al-Ghafir:5).
Jadi mudah sekali mengenali logika setan. Yakni, siapa saja yang
menjadi pendukung kebatilan dan kemunkaran, pasti ia telah menggunakan
logika setan. “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti
langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan
perbuatan yang keji dan munkar.” (QS an-Nur: 21; lihat juga QS
al-Baqarah: 168-169).
Bagi kaum Muslim, tindakan Irshad Manji yang mempromosikan
lesbianisme pasti termasuk tindakan keji dan munkar. Begitu juga
konser-konser Lady Gaga yang sangat vulgar dalam mengumbar pronografi
dan pornoaksi serta indikasi pemujaan setan, pastilah termasuk kategori
tindakan keji dan munkar. Orang mukmin sejati tidak akan menggunakan
logika setan atau bersekutu dengan setan, sehingga termasuk dalam
barisan orang-orang yang mendukung terlaksananya tindakan keji dan
munkar.
Bahkan, kita diingatkan oleh Allah SWT dalam Surat Yasin: “Bukankah
Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu dan
hendaklah kamu menyambah-Ku. Inilah jalan yang lurus!” (QS Yasiin:
60-61).
Menginat begitu berat dan sulitnya menghadapi tipudaya setan,
disamping mengajarkan seluk-beluk tipu daya setan dan cara mengatasinya,
Rasulullah SAW juga mengajarkan sejumlah doa, diantaranya: “A’uudzu
billaahi as-samii’il ‘aliimi min asy-syaithaani ar-rajiimi.” (aku
berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari
setan yang terkutuk).
Semoga, kita semua, kaum mukmin, tidak berdiri dalam barisan
kemunkaran dan kekejian. Semoga pula, kita dapat mengambil hikmah dari
kasus Irshad Manji dan Lady Gaga, sehingga kita mampu mengikuti shirathal mustaqim,
jalan yang lurus, yaitu jalannya para Nabi, dan bukannya jalan setan
yang bangga menampilkan diri sebagai pembela tindakan keji dan munkar.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar