Powered By Blogger

Kamis, 29 Oktober 2015

Legenda Rawa Pening



Legenda Rawa Pening
Pada zaman dahulu kala disana ada sebuah desa di pulau jawa yang dulu. Pening adalah namanya. Pening telah memakmurkan desanya. Negeri itu telah subur dan cuaca selalu baik sepanjang tahunnya. Pada di lereng Gunung Merbabu sehingga suasana disana begitu sejuk. Seseorang yang mencari nafkah hidup oleh budidaya padi(mengolah padi), sayur-sayuran dan buah-buahan. Hasil panen itu selalu memuaskan. Jadi semuanya hidup yang bahagia. Itulah sebabnya setahun mereka mengadakan upara yang disebutkan ‘Bersih desa’.  Ini adalah hari yang terbaik untuk mengucapkan syukur. Saat itu satu hari ketika mereka mengucapkan rasa berterima kasih kepada Allah SWT atas keberhasilan hasil panen nya. Mereka akan membersihkan kampung mereka kemudian mereka akan berdoa bersama. Pada malam hari mereka akan makan malam bersama kemudian akan diadakan pertunjukkan-pertunjukkan sebuah teater(panggung sandiwara).
Sehari sesudahnya panen yang berhasil mereka ingin merayakannya. Pada waktu itu mereka butuh seseorang yang istimewa. Mereka ingin lebih banyak makan daging untuk makan malam. Justru itu mereka ingin pergi memburu atau pemburuan ke dalam sebuah hutan. Di luar dari kampung disana ada sebuah hutan dimana disana ada beberapa binatang-binatang liar(buas) seperti Rusa, Kerbau, Kancil, Domba, dan masih banyak lagi. Namun hari itu tidak ada hewan sama sekalipun. Binatang-binatang tak terlihat di manapun. Mereka masih mencari setiap inci dari hutan itu tetapi tetap saja usaha-usaha mereka sia-sia. Pada saat itu hampir gelap, mereka telah sangat lelah jadi mereka harus istirahat sejenak. Mereka duduk pada sesuatu yang nampak seperti batu dan akar besar. Semuanya terdiam karena mereka kelelahan dan kecewa.
Lalu tiba-tiba seseorang cincang akar besar dengan pedangnya untuk meringankan kekecewaannya. Hebatnya ada darah yang keluar dari akar. Mereka begitu terkejut. Seseorang mencoba untuk memotong lebih dalam lagi. Dia menemukan makanan daging ! Jadi mereka mencincang lebih dan lebih. Sesudah tas-tas mereka sudah penuh dengan makanan daging mereka merasa puas. Lalu mereka pulang dengan gembira.
Malam itu masyarakat dari Pening akan menyiapkan makan malam terbesar. Mereka membutuhkan makan malam istimewa dengan makanan daging yang mereka dapat dari hutan. Sama seperti mereka yang menyiapkan makan malam, seorang lelaki datang ke kampung. Dia tampak malang. Dia memohon-mohon makan kepada beberapa masyarakat. Tetapi mereka menolak. Semuanya berkata :
But then there was an old widow who took care of him.  She was just a poor widow.  She gave him food and shelter.
‘Kita akan menyiapkan makan malam. Anda boleh datang ke makan malam kami malam ini. Tapi jangan sekarang’.
‘Tetapi Saya sangat lapat, Mohon’.
‘Hanya datang kesini malam ini saja’.
Meskipun demikian disana ada seorang janda tua yang merawat dia. Dia hanya janda yang  malang. Dia memberikan makanan dan tempat tinggal ke dia.
‘Anda harus istirahat disini. Bergabunglah dengan kami malam ini untuk makan malam’.
‘Terima kasih banyak. Kalian begitu baik kepada saya. Kalian satu-satunya yang membantu saya. Itulah sebabnya mengapa saya mau menyelamatkan kalian. Malam ini disini ada acara yang hebat disini’.
‘Iya, Disini akan ada pesta-pesta yang bagus’.
‘Tidak, Maksudku sesuatu yang istimewa’.
 “Apa yang kamu katakan?”
‘Saya tidak bisa berkata sekarang. Tetapi dengarkan aku. Persiapan perahu untuk kalian’
‘Kenapa? Apa yang terjadi?’
‘Hanya melakukan seperti yang saya katakan’
‘Silahkan kasih tahu saya apa yang terjadi?’
‘Baiklah, Kalian sangat baik kepada saya jadi saya akan memberitahukan kalian tapi tolong berjanjilah kau tidak akan kasih tahu siapa pun’
‘Iya, Saya janji’                         
 ‘Saya Naga Baru Klinting. Saya adalah Naga. Saya telah melakukan meditasi ke dalam lereng Gunung Merbabu pada saat itu masyarakat melukai ku. Mereka melukai ku dengan cincang-cincang badan ku. Kini mereka menyiapkan makan malam dengan makanan daging dari badanku. Jadi saya akan membalas dendam saya malam ini juga, namun saya mau menyelamatkan kalian. Bersiapkan lah sebuah perahu untuk kalian semua’.
 ‘Oh, Tolong jangan lakukan itu. Maafkan wargaku’
‘Bagaimanapun terjadi, terjadi. Sampai jumpa’.
Kemudian seorang lelaki meninggalkan, persis sebelum makan malam dimulai di balai desa ada beberapa lelaki yang sedang bermain di halaman. Tiba-tiba seorang lelaki datang ke mereka.
‘Hi semuanya senang bermain dengan kalian’
Lalu ia memegang bambu kecil dan melekat pada tanah itu.
‘Bila kalian bisa melakukannya, saya akan memberikan kalian sebuah hadiah istimewa’
‘Ohya, Itu sangat mudah’, lelaki itu berkata.
Ia mencoba menariknya tetapi itu sangat kuat jadi ia tidak dapat menariknya. Selain lelaki mencoba namun ia juga gagal. Semuanya juga gagal. Lalu permainan ini menyita perhatian ke orang dewasa. Satu lawan satu mereka coba untuk menariknya tetapi semuanya tidak dapat berbuat. Ketika banyak orang berkumpul maka anak itu mengatakan.
‘Wahai Para warga dari Pening. Saya Naga Baru Klinting. Saya adalah Naga. Saya yang melakukan meditasi di Lereng gunung Merbabu ketika Kalian mencincangi saya. Kini saya akan membalas dendam saya. Selamat berpesta semuanya’. Hahahahahaha
Kemudian ia menarik bambu. Hebatnya, ia menuangkan air dari tanah. Air itu segera membanjiri sebuah kampung atau desa. Akhirnya seluruh desa atau kampung tenggelam di bawah air. Mereka semua tenggelam dan meninggal di danau itu. Hanya ada satu yang selamat. Janda tua yang malang. Dia telah mempersiapkan sebuah perahu sederhana jadi dia dapat menyelamatkan diri. Semenjak kemudian di danau itu yang sering disebutkan Rawa Pening. Rawa artinya Danau dalam bahasa Jawa maupun Bahasa Indonesia. Saat itu juga danau yang berlokasi di provinsi jawa tengah, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar