Legenda Rawa Pening
Pada zaman dahulu kala disana ada sebuah desa di pulau jawa yang dulu.
Pening adalah namanya. Pening telah memakmurkan desanya. Negeri itu telah subur
dan cuaca selalu baik sepanjang tahunnya. Pada di lereng Gunung Merbabu
sehingga suasana disana begitu sejuk. Seseorang yang mencari nafkah hidup oleh
budidaya padi(mengolah padi), sayur-sayuran dan buah-buahan. Hasil panen itu
selalu memuaskan. Jadi semuanya hidup yang bahagia. Itulah sebabnya setahun
mereka mengadakan upara yang disebutkan ‘Bersih
desa’. Ini adalah hari yang terbaik
untuk mengucapkan syukur. Saat itu satu hari ketika mereka mengucapkan rasa
berterima kasih kepada Allah SWT atas keberhasilan hasil panen nya. Mereka akan membersihkan
kampung mereka kemudian mereka akan berdoa
bersama. Pada malam hari mereka akan makan malam bersama kemudian akan diadakan
pertunjukkan-pertunjukkan sebuah teater(panggung sandiwara).
Sehari sesudahnya panen yang berhasil
mereka ingin merayakannya. Pada waktu itu mereka butuh seseorang yang istimewa.
Mereka ingin lebih banyak makan daging untuk makan malam. Justru itu mereka ingin
pergi memburu atau pemburuan ke dalam sebuah hutan. Di luar dari kampung disana
ada sebuah hutan dimana disana ada beberapa binatang-binatang liar(buas)
seperti Rusa, Kerbau, Kancil, Domba, dan masih banyak lagi. Namun hari itu
tidak ada hewan sama sekalipun. Binatang-binatang tak terlihat di manapun. Mereka
masih mencari setiap inci dari hutan itu tetapi tetap saja usaha-usaha mereka sia-sia.
Pada saat itu hampir gelap, mereka telah sangat lelah jadi mereka harus
istirahat sejenak. Mereka duduk pada sesuatu yang nampak seperti batu dan akar
besar. Semuanya terdiam karena mereka kelelahan dan kecewa.
Lalu tiba-tiba seseorang cincang
akar besar dengan pedangnya untuk meringankan kekecewaannya. Hebatnya ada darah yang keluar dari akar.
Mereka begitu terkejut. Seseorang mencoba untuk memotong lebih dalam lagi. Dia
menemukan makanan daging ! Jadi mereka mencincang lebih dan lebih. Sesudah tas-tas
mereka sudah penuh dengan makanan daging mereka merasa puas. Lalu mereka pulang
dengan gembira.
Malam itu masyarakat dari Pening akan menyiapkan makan malam terbesar. Mereka
membutuhkan makan malam istimewa dengan makanan daging yang mereka dapat dari
hutan. Sama seperti mereka yang menyiapkan makan malam, seorang lelaki datang
ke kampung. Dia tampak malang. Dia memohon-mohon makan kepada beberapa
masyarakat. Tetapi mereka menolak. Semuanya berkata :
But
then there was an old widow who took care of him. She was just a poor
widow. She gave him food and shelter.
‘Kita akan menyiapkan makan malam. Anda boleh datang ke makan malam kami
malam ini. Tapi jangan sekarang’.
‘Tetapi Saya sangat lapat, Mohon’.
‘Hanya datang kesini malam ini saja’.
Meskipun demikian
disana ada seorang janda tua yang
merawat dia. Dia hanya janda yang malang. Dia memberikan makanan dan tempat
tinggal ke dia.
‘Anda harus istirahat disini. Bergabunglah dengan kami malam ini untuk
makan malam’.
‘Terima kasih banyak. Kalian begitu baik kepada saya. Kalian satu-satunya
yang membantu saya. Itulah sebabnya mengapa saya mau menyelamatkan kalian. Malam
ini disini ada acara yang hebat disini’.
‘Iya, Disini akan ada pesta-pesta yang bagus’.
‘Tidak, Maksudku sesuatu yang istimewa’.
“Apa yang kamu katakan?”
‘Saya tidak bisa berkata sekarang. Tetapi dengarkan aku. Persiapan perahu
untuk kalian’
‘Kenapa? Apa yang terjadi?’
‘Hanya melakukan seperti yang saya katakan’
‘Silahkan kasih tahu saya apa yang terjadi?’
‘Baiklah, Kalian sangat baik kepada saya jadi saya akan memberitahukan
kalian tapi tolong berjanjilah kau tidak akan kasih tahu siapa pun’
‘Iya, Saya janji’
‘Saya Naga Baru Klinting. Saya
adalah Naga. Saya telah melakukan meditasi ke dalam lereng Gunung Merbabu pada
saat itu masyarakat melukai ku. Mereka melukai ku dengan cincang-cincang badan
ku. Kini mereka menyiapkan makan malam dengan makanan daging dari badanku. Jadi
saya akan membalas dendam saya malam ini juga, namun saya mau menyelamatkan
kalian. Bersiapkan lah sebuah perahu untuk kalian semua’.
‘Oh, Tolong jangan lakukan itu.
Maafkan wargaku’
‘Bagaimanapun terjadi, terjadi. Sampai jumpa’.
Kemudian seorang lelaki meninggalkan, persis sebelum makan malam dimulai di
balai desa ada beberapa lelaki yang sedang bermain di halaman. Tiba-tiba
seorang lelaki datang ke mereka.
‘Hi semuanya senang bermain dengan kalian’
Lalu ia memegang bambu kecil dan melekat pada tanah itu.
‘Bila kalian bisa melakukannya, saya akan memberikan kalian sebuah hadiah
istimewa’
‘Ohya, Itu sangat mudah’, lelaki itu berkata.
Ia mencoba menariknya tetapi itu sangat kuat jadi ia tidak dapat
menariknya. Selain lelaki mencoba namun ia juga gagal. Semuanya juga gagal. Lalu
permainan ini menyita perhatian ke orang dewasa. Satu lawan satu mereka coba
untuk menariknya tetapi semuanya tidak dapat berbuat. Ketika banyak
orang berkumpul maka anak itu mengatakan.
‘Wahai Para warga dari Pening. Saya Naga Baru Klinting.
Saya adalah Naga. Saya yang melakukan meditasi di Lereng gunung Merbabu ketika
Kalian mencincangi saya. Kini saya akan membalas dendam saya. Selamat berpesta
semuanya’. Hahahahahaha
Kemudian ia menarik bambu. Hebatnya, ia
menuangkan air dari tanah. Air itu segera membanjiri sebuah kampung atau desa.
Akhirnya seluruh desa atau kampung tenggelam di bawah air. Mereka semua
tenggelam dan meninggal di danau itu. Hanya ada satu yang selamat. Janda tua
yang malang. Dia telah mempersiapkan sebuah perahu sederhana jadi dia dapat
menyelamatkan diri. Semenjak kemudian di danau itu yang sering disebutkan Rawa
Pening. Rawa artinya Danau dalam bahasa Jawa maupun Bahasa Indonesia. Saat itu
juga danau yang berlokasi di provinsi jawa tengah, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar